
Dear friends,
Aku ingin berbagi proses yang aku jalani untuk hidup minimalis dalam suratku kali ini. Selain itu, aku juga ingin berbagi tips-tips tentang hidup minimalis dan bercerita tentang siapa yang telah menginspirasiku untuk mengambil langkah dan memutuskan untuk hidup minimalis.
Aku Selama dua minggu terakhir ada beberapa hal yang pengen aku ceritakan tapi aku belum bisa memberikan prioritas waktuku untuk bercerita ke kamu. Terimakasih sudah setia mampir ke blog kami dan jangan bosan-bosan membaca dan memberikan komen demi perbaikan blog ini.
Aku sangat berharap suratku kali ini bisa membantu kamu yang sedang berpikir untuk hidup minimalis tapi tidak tahu harus mulai darimana; atau mulai berpikir untuk hidup minimalis.

Cerita perjalanan hidup minimalisku dimulau di awal tahun 2021. Saat itu, aku membaca buku “the life-changing magic of tidying up” yang ditulis oleh Marie Kondo.
Dalam buku ini, Marie Kondo menjelaskan secara rinci banyak cara dimana tempat tinggal kita mempengaruhi semua aspek kehidupan kita; Bagaimana memastikan bahwa setiap item didalam rumah kita merupakan barang-barang yang memberikan kita kebahagiaan.
Marie Kondo dalam bukunya tidak menekankan tentang hidup minimalis, tapi lebih ke bagaimana barang-barang yang disekitar kita membantu kita menuju kehidupan yang berbahagi.
Does it sparkle joy?
Dalam bukunya, Marie Kondo memberikan tips untuk memilih dan memilah barang-barang dirumah antara barang yang akan kita tetap simpan dan pertahan dan barang yang akan kita pisahkan, sumbangkan atau buang.
Marie Kondo menjelaskan dalam bukunya sebuah strategi, yang dikenal sebagai KonMari.
Strategi konmari ini mengharuskan kamu meletakkan semua barang serupa (seperti pakaian atau sepatu, buku-buku) di satu tempat terkumpul (lihat foto diatas) dan kemudian menyentuhnya satu per satu barang tersebut.
Jika suatu barang tidak “memicu kegembiraan (sparkle joy)” ketika disentuh, maka kamu bisa berterima kasih kepada barang tersebut karena telah menjadi bagian dari hidupnya, dan kemudian menyumbangkan atau membuangnya.
Di bab-bab berikutnya dalam buku tersebut, Marie Kondo juga memberikan saran dan metode sederhana untuk merapikan semua item dirumah kita.
Menurutku, menyimpan barang yang kita pakai dirumah dan membuang, menjual dan menyumbangkan barang lainnya merupakan salah satu gaya hidup minimalis.
Bagaimana menurut kamu? Apakah gaya hidup minimalis menurut kamu?
Setelah membaca buku tersebut, aku pun memulai misi hidup minimalis. Langkah pertama merapikan rumah dengan berdoa dan meminta supaya diberikan kelancaran dalam misi ini.
Kemudian aku memulai proses merapikan baju-baju, lalu buku-buku, sepatu-sepatu, dapur, kamar mandi, ruang tamu dan akhirnya semua rapi.
Aku juga bersyukur karena suamiku mendukungku dalam proses ini. Dia juga memilih dan memilah bajunya sendiri, melipatnya dengan metode melipat yang diajarkan Marie Kondo.
Aku sangat puas dan bahagia dengan hasil dari merapikan rumah ini. Aku berterimakasih kepada Marie Kondo yang sudah mengajarkan filosofi ini dan cara sederhana mengikutinya. Ini adalah level pertama dalam proses menuju gaya hidup minimalis untukku.



Apa hasil yang kami rasakan setelah level 1 gaya hidup minimalis ini?
- Beberapa bulan setelah proses ini, aku merasa ada ketenangan dihati menjalani hidup sederhana yang minimalis.
- Aku tahu semua barang-barang dirumah ada dimana. Jika butuh sesuatu, aku tidak perlu mencari-cari dan mengira-ngira dimana barang ini aku letakkan terakhir kali.
- Aku merasa jika hidupku berkecukupan, aku tidak merasa adanya urgensi buat beli baju baru, celana baru atau barang baru lainnya, karena aku merasa aku masih punya. Dulu, aku sering merasa tidak ada baju yang cocok buat dipadu-padankan.
- Semua barang yang ada dirumah adalah barang yang berfungsi dengan baik dan dengan kondisi yang baik. Jadi tidak ada kaus kaki bolong atau cuma sebelah.
Dua bulan yang lalu, aku kembali membaca buku tentang gaya hidup minimalis yang menyentuh hatiku untuk kembali bertindak. Buku gaya hidup minimalis tersebut berjudul “goodbye things” karya Fumio Sasaki, seorang minimalis jepang yang sangat terkenal.
Dalam buku “goodbye things”, Fumio Sasaki menceritakan tentang kehidupannya sebelum menjalani hidup minimalis yang penuh dengan stress.
Sebelum mengenal gaya hidup minimalis, dia dulunya sering membandingkan dirinya dengan orang lain, sampai suatu hari dia memutuskan untuk mengubah hidupnya dengan mengucapkan selamat tinggal pada semua barang yang pada hakekatnya tidak dibutuhkan olehnya.
Hasilnya dari gaya hidup minimalis ini, Sasaki memperoleh kebebasan sejati, fokus baru, dan rasa syukur atas segala sesuatu di sekitarnya.

Dalam buku ini, Sasaki membagikan pengalaman pribadinya tentang hidup minimalis. Disamping itu, dia juga menawarkan tips spesifik tentang proses menjalani gaya hidup minimalis. Selain itu, dia juga percaya bahwa gaya hidup minimalis tidak hanya dapat mengubah tempat tinggal kamu tetapi juga benar-benar mengubah dan memperkaya hidup kamu. Manfaat hidup minimalis ini dapat dirasakan oleh siapa saja.
Saat membaca buku ini, aku sering mengangguk-angguk membenarkan pendapat Sasaki, menandai bagian-bagian penting dalam buku, mencatat tips-tips berguna yang bisa aku terapkan untuk gaya hidup minimalisku.
Efek setelah membaca buku tentang hidup minimalis ini bagiku adalah rasa tidak sabar untuk mempraktekkan filosofi minimalis ini. Aku tidak berambisi menjadi seperti Sasaki yang hidup di studio yang sangat kecil tanpa tempat tidur dan matras (hanya futon alias matras jepang), hanya punya beberapa pakaian dalam warna terbatas. Tapi Sasaki pun menyampaikan dalam bukunya, bahwa menjalani hidup minimalis bukanlah sebuah perlombaan siapa yang memiliki paling sedikit barang. Jadi aku pun tidak ada niat membandingkan seminimalis apa diriku dibanding orang-orang yang mempunyai gaya hidup minimalis lainnya.
Fase kali ini aku sebut level 2 gaya hidup minimalis.
Aku memulai dengan memilih dan memilah kembali barang-barang dirumah yang sudah disimpan dengan baik sesuai petunjuk Marie Kondo tapi pada kenyataannya bukan barang yang aku butuhkan.
Aku menggambarkan proses ini sebagai proses lanjutan dari merapikan dan memilih barang yang memancarkan kegembiraan. Dalam istilah games, aku sekarang ada di level 2.
Bagaimana proses hidup minimalis level 2 ala Efrata?
Dalam proses mempraktekkan filosofi hidup minimalis, Aku lagi semangat-semangatnya nih menjual barang-barang dirumah yang sudah tidak dipakai atau bahkan tidak pernah dipakai sama sekali dengan kondisi masih bagus, bahkan baru.
Apakah aku akan dengan pergi kesetiap ruangan yang ada dirumah? Membuka lemari-lemari dan laci-laci rumah, lalu memeriksa dan menimang setiap barang yang sudah tidak diperlukan atau dipakai, menumpuknya disuatu tempat sebelum dan mengambil foto barang-barang tersebut untuk diunggah di website untuk dijual online?
Oh tidak, berbeda dengan proses minimalis level 1 setelah membaca buku Marie Kondo. Kali ini, aku memutuskan untuk tidak menjadikan ini sebagai sebuah proyek besar yang harus dikerjakan dalam beberapa fase (melihat, menimang, memutuskan, mengumpulan, unggah dan jual online). Namu, Aku menjadikan proyek dan proses hidup minimalis level 2 ini sebagai proyek kecil dan tanpa target garis waktu.
Ini Proses dan Tips Menuju Gaya Hidup Minimalis ala Efrata 😄:
Saat aku lagi buka lemari dan pilih baju yang dilipat di laci tertentu, aku akan melihat baju-baju yang ada dilaci tersebut, menimang dan memutuskan bahwa ada dua kemeja yang sudah hampir 3 tahun tidak aku pake, semenjak aku mengundurkan diri dari kerjaan kantoran. Aku mengambil beberapa foto dan menjualnya online.

Saat aku lagi diruang penyimpan aksesoris paskah, natal, valentin dan aksesoris ruangan lainnya, aku akan melihat sekitar. Aku melihat ada bola-bola hiasan natal seri disney: mickey mouse yang tidak pernah kupakai. Dua tahun yang lalu, ada teman yang menitip minta dibelikan hiasan natal ini. Sehari setelah aku membeli hiasan natal ini dan sebelum memberitahu dia jika titipannya sudah aku belikan, aku menerima sms dari dia, bahwa dia tidak membutuhkannya lagi. Jadilah hiasan ini aku simpan disini selama dua tahun. Akupun mengambil beberapa foto dan mengungguhnya di website penjualan barang bekas.
Aku juga menyimpan berbagai macam kartu ucapan yang kami terima dari sahabat, keluarga dan rekan kerja. Aku menyimpan kartu ucapan natal, ulang tahun dan selamat saat kami membeli rumah. Kartu ini tersimpan rapi, namu tidak pernah kami meluangkan waktu untuk membukanya dan membacanya kembali.
Aku baca ucapan-ucapan dikartu tersebut untuk terakhir kalinya, mengambil foto dari kartu-kartu yang aku anggap cukup berarti dan menyampaikan salam perpisahan alias membuang kartu-kartu tesebut.
Begitu seterusnya aku lanjutkan kegiatan ini, kadang sehari aku bisa mengungguh dua barang online, terkadang dua hari aku tidak memilah barang-barangku.
Setiap kali aku berada di salah satu ruangan dirumah, atau saat membuka lemari baju, atau laci dikamar mandi, aku mencoba melihat barang-barang yang aku miliki, berpisah dari satu dua barang yang tidak aku pakai.
Selama kegiatan ini aku lakukan terus, aku yakin nantinya aku akan bisa berpisah dengan semua barang-barang yang tidak terpakai lagi. Ini adalah proses menjalani hidup minimalis.
Oh iya, selain itu, aku juga membuat dokumen terpisah tentang barang-barang yang sudah terjual dan harga jual. Aku penasaran berapa uang yang akan terkumpul ketika semua barang-barang yang tidak aku butuhkan terjual.
Begitu cerita sederhana aku dalam surat ini tentang hidup minimalis. Aku ingin menekankan bahwa hidup minimalis adalah gaya hidup, sebuah proses bukan tujuan atau goal.
Bagaimana menurut kamu tentang gaya hidup minimalis? Apakah kamu pernah mendengar tentang kedua buku tersebut? Apakah kamu sudah membaca kedua buku tersebut? Atau bahkan apakah kamu mempraktekkan kedua strategi tersebut atau strategi lainnya untuk hidup minimalis?
Semoga suratku tentang prosesku menjalani hidup minimalis ini bermanfaat buat kamu. Sampai jumpa disurat berikutnya,
With love,
xoxoxo
Efrata
Wow.. menginspirasi sekali kak Efrata cantik.. izin nyontek yach 😁😊
Hi Ka Bonet, waaah senang blog ini bermanfaat. yuk dicontek dan kabari aku perkembangannya yah.
Idenya boleh juga, proyek kecil tanpa target waktu. Sepertinya lebih mudah tercapai daripada sekaligus proyek besar dan grasa grusu harus selesai. Tenkyuh buat idenya, Ef!
Terimakasih mala sudah mampir. Senang rasanya jika ide ini memberikan manfaat buat yang membaca. Iya gw suka ide ini karena satu2 selesai. Klo pilih per fase, contoh fase ngumpulin trus lihat tumpukan, jadi males buat ambil fotokan, jadi yang tadinya rapi malah bertumpuk2. Happy trying dan kasih tahu aku gimana progresnya ☺️
Nice tips, hope i can do it also at home 😊
Hi feb, thank you for reading this post and leaving the comment. I am glad that you find it useful. Happy trying ☺️
Buka profil fb kakak dan aku membaca yang sangat bermanfaat. Semoga bisa pelan2 memulainya
Senang melihatmu menyempatkan mampir disini, lebih senang lagi mengetahui jika artikel ini mempunyai manfaat. Happy trying dan sering-sering mampir yah ❤️